Artikel, Reportase Kegiatan KMTG

Pelatihan Terestrial Laser Scanner

            Pada hari Rabu dan Kamis 25 – 26 Mei  2014  yang lalu,  telah dilaksanakan acara Pelatihan Alat TLS (Teodolite Laser Scanner)  dan Total Station Imaging station.  Pelatihan Alat merupakan salah satu  proker dari beberapa proker yang terdapat pada Departemen DIKTI KMTG UGM. Acara pelatihan alat ini diikuti oleh sekitar 47 mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika UGM. Konsep dan Tempat pelaksaanaan acara Pelatihan Alat  ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun  sebelumnya (2013) Pelatihan Alat dilaksanakan  1 hari di Gedung Teknik Geodesi UGM,  dimana 1 hari  tersebut digunakan untuk kegiatan presentasi materi tentang Alat yang digunakan, Tahapan akuisisi data,  Tahap pemrosesan data dan Tahap penyajian hasil secara Digital. Kali ini, acara pelatihan tersebut dilaksanakan  dalam waktu 2 hari di Hotel Ibis Style yang berlokasi di Jalan Dagen sekitar wilayah Malioboro.   Acara Pelatihan ini bersifat terbatas ( khusus untuk mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika UGM) dengan biaya pendaftaran sebesar Rp.100.000. Mungkin ketika pertama kali mendengar biaya pendaftaran sebesar Rp.100.000 terlihat cukup mahal untuk seorang mahasiswa, karena pada pelatihan sebelumnya hanya membayar  biaya pendaftaran sebesar Rp.30.000 saja. Tapi jangan pesimis dulu teman, ingat pepatah “harga  pasti membawa fasilitas”. Karena fasilitas yang diberikan dalam acara pelatihan tersebut  melebihi biaya pendaftaran sebesar Rp.100.000, dimana peserta berhak mendapatkan : seminar kit, sertifikat, 4 x coffee break (2 hari), 2 x lunch (di Restoran Hotel IBIS Style) dan pastinya ilmu & pengalaman yang bermanfaat.  Pelatihan  Alat ini diberikan oleh PT. Asaba dan turut dihadiri oleh Bapak Djurjani selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi UGM, Bapak Ruli Andaru dan Bapak Made Andi sebagai ketua Lustrum Jurusan Teknik Geodesi UGM ke 55 Pelaksanaan kegiatan Pelatihan Alat yang diadakan selama 2 hari memiliki rincian sebegai berikut : read more

Artikel, Reportase Kegiatan KMTG

Presentasi ke Negeri Sakura

SHARING DIKTI
Bersama Mba Dessy Apriyanti dan Saptiana Mardhiyah

          Bermula dari keinginan ‘pengen naik pesawat dan pergi ke luar negeri’ sebelum lulus jadi Sarjanalah Mbak Desy dan Mbak Dhiyah mampu mewujudkan mimpinya terbang ke negeri Sakura. Beliau berdua mengatakan bahwa ketika kita punya mimpi, dalam hidup kita harus punya tujuan atau spesifikasi yang jelas kita mau jadi apa dan tujuan yang bagaimana yang ingin kita raih.Berangkat dari menjuarai perlombaan paper, berangkatlah beliau berdua termasuk Mbak Lani’ah untuk terbang menuju Jepang. Berangkat dari tulisanlah, mimpi mereka naik pesawat dan pergi kie luar negeri terwujud.
Pada sesi sharing dikti sore itu, Mbak Desy dan Mbak Dhiyah banyak bercerita tentang pengalamannya selama di Jepang mulai dari take off di Bandara Soekarno Hatta sampai kembali lagi ke Indonesia. Banyak pelajaran-pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari cerita mereka. Kelucuan-kelucuan mereka saat di Jepang, unforgettable moments yang mereka dapat selama di Jepang dan berbagai keunikan lainnya.
Satu pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari beliau berdua adalah “kalau sesuatu ada peluang, ambil saja peluang itu”. Karena intinya peluang itu tidak datang dua kali, mungkin peluang akan selalu datang, tetapi peluang yang sama seperti peluang awal pasti tidak akan datang lagi, jadi manfaatkan sebaik-baiknya. Mbak Dessy mengambil tema paper tentang pengaruh citra satelit terhadap abrasi di Tanjung Benoa, sedangkan Mbak Dhiyah mengambil tentang sumber-sumber tsunami di Indonesia. Kedua paper tersebut berhasil masuk pada ajang TICA untuk kemudian dipresentasikan di Kumamoto University, Jepang. Banyak hal-hal menarik yang bisa diambil dari perjalanan beliau berdua ke Jepang, salah satunya dengan mengikuti perjalanan tersebut kita bisa berkenalan dengan orang-orang baru serta keluar dari zona nyaman kita selama ini untuk terus berkembang.
Ke luar negeri taku karena bahasa Inggris kurang? Tenang saja, Mbak Dessy dan Mbak Dhiyah membuktikan bahwa tidak hanya dengan bisa bahasa Inggris keren untuk bisa pergi ke luar negeri, tidak usah takut kalau bahasa Inggrismu kurang karena yang lebih penting tetep pede saja dengan kemampuan kita. read more