THINKING AND LIVING GEOSPATIALLY
BERSAMA BAPAK I MADE ANDI ARSANA
Selasa, 16 Februari 2016, ada yang spesial di Teknik Geodesi UGM. Sehari sebelum bangsa Indonesia merayakan Kemerdekannya ke 71 ini, mahasiswa Teknik Geodesi UGM berkesempatan mengikuti Public Lecturer yang diisi oleh bapak I Made Andi Arsana, Ph.D, salah satu dosen Teknik Geodesi UGM. Acara ini diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi (KMTG) FT UGM. Bertindak sebagai moderator, izinkan saya membuat review Public Lecturer tersebut.
Acara dimulai pukul 16.00. Didahului dengan sambutan ketua KMTG periode 2016-2017, Raden Muh. Lukman Fauzi Perkesit dan sambutan dari pereakilan Departemen Teknik Geodesi, yakni bapak Abdul Basith, Ph.D selaku sekretaris program studi S1 Teknik Geodesi UGM. Selaku moderator adalah saya, Akmal Wahyu Fakhruddin, mahasiswa Teknik Geodesi UGM angkatan 2015, dan Amalia Tiera Siddiq selaku pembawa acara. Kuliah kali ini serasa spesial karena ada adik-adik mahasiswa baru angkatan 2016 yang juga mengikutinya.
Public Lecturer kali ini mengambil judul “Thinking and Living Geospatially”. As always, pak Andi selalu membuka kuliahnya dengan memukau audience. Sebagai seorang geodet, bertindak dan perpikir secara geospasial adalah kewajiban. Geospasial berasal dari dua kata, yakni geo=bumi, dan space=ruang. Geospasial dapat diartikan sebagai ruang yang ada di permukaan bumi. “Thinking and Living Geospatially” berarti dalam setiap tindakan dan langkah yang dilakukan tiap hari, selalu memegang konsep keruangan. Ruang-ruang di bumi dapat diwakili dengan koordinat. Koordinat adalah perwujudan dari titik-titik di permukaan bumi yang diwakili oleh sebuah sistem koordinat dalam bentuk angka. Jika titik-titik koordinat ini dihubungkan, akan membentuk bangun tertentu yang dapat dihitung luasnya.
Representasi dari ruang di bumi dapat digambarkan dalam peta. Peta adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bidang datar dalam skala tertentu, dan dengan sistem proyeksi peta tertentu. Peta adalah nafas kehidupan geodesi. Seorang geodet dituntut bisa memahami konsep pemetaan. Sebuah peta dapat dibuat dengan proses pengukuran lalu penggambaran di atas media tertentu. Proses pengukuran yang dilakukan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yang pertama adalah dengan cara terestris. Pengukuran secara terestris dilakukan dengan pengukuran langsung pada daerah yang akan dipetakan dengan alat-alat tertentu, semisal teodolith dan total station. Yang kedua adalah dengan cara fotogrametris. Cara ini dilakukan dengan bantuan pesawat terbang. Permukaan bumi akan dipotret dari udara dengan kamera yang telah dipasang pada pesawat. Yang ketiga adalah cara penginderaan jauh (remote sensing). Cara ini dilakukan dengan bantuan satelit yang mengorbit bumi pada ketinggian tertentu.
Geodesi memang belum banyak diketahui khalayak umum. Menjadi tugas geodet untuk membawa ilmu geodesi agar lebih memasyarakat, meskipun sudah banyak produk geodesi yang sebenarnya telah dipakai masyarakat, semisal Google Earth, GPS navigasi pada ponsel pintar, dan “wabah” Pokemon GO yang sebenarnya menerapkan konsep geodesi. Memasyarakatkan geodesi dapat dilakukan dengan memudahkan urusan manusia dengan konsep kegeodesian. Pembuatan peta tematik dengan tema tertentu, membuat aplikasi berbasis geodesi, dan masih banyak cara lagi.
Jika anda seorang geodet dan hanya bisa melakukan pengukuran saja, berarti anda adalah geodet yang biasa-biasa saja. Skil geodesi perlu didukung oleh skil-skil pendukung lainnya agar “nilai jual” anda di mata perusahaan lebih tinggi. Skil tambahan tersebut dapat berupa skil memimpin, public speaking, skil managemen, dan lainnya. Marilah kita meningkatkan kualitas sumber daya geodesi dengan memperbanyak skil tambahan kita.
Seorang geodet juga harus menjadi seorang yang nasionalis. Banyak cara dapat ditunjukkan untuk menunjukkan rasa cinta tanah air dengan ilmu geodesi. Misalnya saja Pak Andi Arsana. Beliau yang menekuni bidang batas maritim antar negara telah mengikuti berbagai konvensi, seminar, dan diskusi terkait kedaulatan wilayah Indonesia. Dan yang terbaru beliau ikut bersumbangsih guna terciptanya kedaulatan Indonesia atas Laut China Selatan.
Bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke-71 ini, ijinkan saya membawa pesan kepada sesama geodet, bahwa kita harus KERJA NYATA. Jangan nyaman dengan tempat dudukmu sekarang. Angakat jalonmu. Angkat teodolitmu. Angkat jiwamu. Angkat ragamu. Indonesia butuh saya. Indonesia butuh kamu. Indonesia butuh kita semua. Mari menyongsong Indonesia Emas 2045 dengan keilmuan geodesi yang kita miliki. Walaupun diawali dengan memetakan selokan, suatu saat akan diakhiri dengan memetaka kedaulatan (Andi Arsana).
Akmal Wahyu Fakhruddin
Mahasiswa Teknik Geodesi UGM
Angkatan 2015
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak I Made Andi Arsana yang senantiasa memberikan inspirasi kepada kami. Penjelasan bapak membuat kami bangga menjadi ANAK GEODESI!
Geodesi.. Satu hati!
Salam hangat dari kami,
Pengurus KMTG periode 2016/2017