Mahasiswa UGM berhasil mengembangkan inovasi teknologi untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas maritim Indonesia. Mereka adalah I Made Sapta Hadi dan Bagas Lail Ramadhan , mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi serta Imaddudin A Majid, Jurusan Teknik Elektro.
Sapta mengatakan pengembangan alat ini diawali dari keprihatinan mereka terhadap maraknya kasus pelanggaran batas maritime di wilayah perbatasan yang berujung pada penangkapan nelayan Indonesia oleh Negara tetangga. Salah satu penyebab terjadinya pelanggaran batas tersebut dikarenakan ketidaktahuan para nelayan terkait letak garis batas yang tepat. “Apalagi di tengah laut garis batasnya tidak terlihat secara nyata,” terangnya, Senin (30/11) di Kampus UGM.
Di bawah bimbingan I Made Andi Arsana,Ph.D, dosenTeknik Geodesi UGM yang juga pakar di bidang batas maritim, Sapta dan kawan-kawan membuat sebuah alarm yang terintegrasi denganGlobal Positioning System (GPS). Alarm yang sudah terintegrasi dengan GPS kemudian diinputkan koordinat dari batas maritim yang sudah disepakati Indonesia dengan negara tetangga.
Alat yang diberinama Swates (Suwanten Wates) atau dalam bahasa Indonesianya Suara Perbatasan mudah dalam pengoperasiannya. Swates bekerja dengan memberikan peringatan dini berupa bunyi alarm ketika alat tersebut di dekatkan ke arah perbatasan. Sehingga saat nelayan berlayar mendekati wilayah perbatasan secara otomatis alat akan langsung mengeluarkan bunyi memberikan peringatan dini agar tidak melewati batas maritim.
“Alat ini telah diuji dan mampu memberikan peringatan dini dengan ketelitian posisi mencapai 2,5 meter dari garis batas yag didefinisikan,”jelasnya.
Bagas menambahkan saat ini mereka tengah mengembangkan Swates menjadi lebih inovatif lagi. Harapan kedepan bisa memproduksi secara masal sehingga dapat segera digunakan oleh banyak nelayan Indonesia di wilayah perbatasan. “Semoga nantinya tidak ada lagi nelayan yang melanggar batas maritim dan ditangkap Negara tetangga,” harapnya.
Hadirnya Swates tidak hanya mampu mencegah terjadinya pelanggaran batas maritim di Indonesia khususnya yang dilakukan oleh nelayan di wilayah perbatasan. Namun, alat ini berhasil meraih juara I dalam Lomba Geospasial Inovatif Nasional yang di gelar di Fakultas Teknik UGM, pada tanggal 27-29 November 2015. (Humas UGM/Ika)