Geodesi Berprestasi

Aplikasi Pemetaan Krisis Pascabencana Gempa Karya Mahasiswa UGM


Lima mahasiswa Fakultas Teknik UGM mengembangkan sebuah aplikasi berbasis android untuk mempermudah penanganan tanggap bencana yang diberi nama “Seismo Sense”. Mereka adalah Tegar Pualam Syuhada, Putri Azizah, dan Rais Afif dari Teknik Geodesi, Brigitta Petra dari Teknik Sipil, serta Fransiskus Anindita Kristiawan Pramana Gentur Sutapa dari Teknologi Informasi.

“Aplikasi ini bisa memudahkan masyarakat untuk melaporkan informasi tentang jumlah korban, pengungsi dan kerusakan yang terjadi akibat gempa,” kata Ketua tim pengembang Seismo Sense, Tegar Pualam, Selasa (24/5) di UGM.

Tegar menyampaikan gagasan pengembangan aplikasi ini berawal dari keprihatinan atas kondisi Indonesia yang rawan terjadi bencana, termasuk gempa bumi. Letaknya yang berada di kawasan “cincin api” atau pertemuan lempeng benua menjadikan Indonesia rawan akan bencana gempa bumi dan tsunami. Tidak sedikit korban jiwa , kerugian materi, dan lainnya yang timbul akibat bencana ini.

Sementara itu, upaya untuk menghimpun data ataupun informasi terkait jumlah korban, pengungsi, maupun kerusakan akibat bencana membutuhkan waktu relatif lama. Salah satunya dikarenakan metode input korban yang dilakukan oleh para relawan masih menggunakan cara manual.

“Selama ini jika terjadi bencana gempa susah mendapatkan informasi jumlah korban, kerusakan dan lainnya karena input data masih manual sehingga berdampak pada lambatnya penanganan korban,” paparnya.

Oleh sebab itu, mereka berinisitaif membuat aplikasi yang membantu memudahkan pemerintah dalam menginvetarisasi data korban maupun kerusakan karena bencana. Tegar dan rekan-rekannya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) melakukan inovasi aplikasi berbasis android agar masyarakat bisa secara langsung berpartisipasi melaporkan kondisi terkini akibat gempa.

“Lewat aplikasi ini masyarakat dapat melaporkan data mengenai korban, posisi korban, kerusakan, dan foto kerusakan secara real time,” tuturnya.

Fransiskus menjelaskan program yang dijalankan untuk aplikasi ini mulai dari pencarian database dari instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta konsultasi dengan Tim Reaksi Cepat ketika bencana terjadi. Pembuatan dan pengembangan software juga dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu mengumpulkan data dengan cepat dan tepat. Dalam tahap assesmen data terdapat dua tahapan yaitu tahap darurat logistik dan rehabilitasi rekonstruksi. Melalui kedua menu ini masyarakat dapat melaporkan kondisi di lingkungkunganya yang terkena bencana seperti korban maupun kerusakan akibat gempa.

Untuk pengoperasian aplikasi ini tergolong sederhana, yakni dengan mengaktifkan geolocation di ponsel. Selanjutnya, secara otomatis data akan masuk ke dalam server Seismo Sense. Informasi hasil pelaporan itu dapat langsung tersaji secara detail misalnya jumlah korban, tingkat kerusakan, dan bantuan dalam waktu singkat disertai dengan koordinat lokasi bencana.

“Poin-poin penting seluruh data yang masuk akan divisualisasikan ke dalam peta online dinamis. Data-data akan ditampilkan sesuai kaidah kartografis yang mempermudah proses analisis dalam pengambilan keputusan,” urainya.

Fransiskus mengatakan dengan aplikasi itu tidak hanya meningkatkan kontribusi masyarakat untuk melaporkan kondisi suatu daerah pascabencana. Dengan informasi tersebut sekaligus membantu pemerintah dalam melakukan pemetaan kondisi daerah pascabencana secara efisien sehingga mendukung proses pengambilan kebijakan dalam proses tanggap darurat, rehabilitas, dan rekonstruksi.

sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/11724-aplikasi.pemetaan.krisis.pascabencana.gempa.karya.mahasiswa.ugm

Leave a Reply

Your email address will not be published.